Jumat, 17 Februari 2012

"Si Bapak Gagah Paruh Baya dan SMS-SMS-nya"

Add caption
Perawakannya lumayan gagah untuk ukuran lelaki seusianya. Tinggi besar, bersuara lantang dan senantiasa menebar pesona wibawa.  Memasuki usia paruh baya, rupanya ada saja keisengan yang dilakukannya.

Aku mengenalnya di sebuah pertemuan, lebih dari lima tahun yang lalu. Setahun kemudian kami bertemu kembali, kali ini aku menjadi panitia sebuah seminar, yang rupanya dihadiri oleh si bapak gagah paruh baya (sebut saja demikian).

"Pa kabar mbak...?", sapanya 
"Baik pak... Alhamdulillah bapak bisa hadir. Silakan absen pak", ujarku ramah
"Tolong, mbak aja deh yang absenin nama saya", balasnya
"Baik pak... Maaf saya lupa, nama bapak?", tanyaku


"Gimana sih mbak ini? Kemarin saya kan nerima surat undangan dari mbak, koq sekarang mbak lupa nama saya?", protesnya dengan suara agak keras, seraya meletakkan surat undangan yang ku kirim beberapa waktu yang lalu.

"Wah maaf pak. Saya mengirimkan undangan ke lebih dari dua ratus orang dan terus terang saya suka lupa nama-nama yang tertulis di sana. Insya Allah kali ini saya akan berusaha mengingat-ingat nama Bapak", ujarku semi membela diri, semoga dapat sedikit meluruhkan emosinya.

Bagaimanapun aku agak gak enak hati jika dinilai sebagai panitia yang tidak profesional. Bagaimana komen ketua panitia nanti, jika tahu kerjaku tidak becus.

"Baik mbak, nama saya Reynaldi. Tolong tulis yang benar ya mbak.", pesannya kepadaku seraya ngeloyor pergi ke dalam ruang seminar.

Itulah pertemuan kedua kami.

Tiga tahun kemudian, si bapak gagah paruh baya kembali menghadiri seminar yang kuselenggarakan. Kali ini aku tidak kena protes keras dari beliau, karena aku sudah mencamkan dalam-dalam bahwa sejak kejadian dengan si bapak, aku harus berusaha keras mengingat-ingat orang yang pernah berbincang denganku.

Namun tak lama kemudian, di suatu malam aku mendapatkan sms dari sebuah nomer yang tidak ku kenal sama sekali.

"Senang lihat ketawanya mbak Marissa", begitu pesan yang tertulis

"Subhanallah, sering ingat." 

"Seandainya aku diberi kesempatan mengenalmu lebih dekat, aku akan sangat bersyukur", bunyi pesan selanjutnya.

Beberapa jam kemudian, aku menerima SMS dari nomer yang sama
"Sesungguhnya, Dia yang membuat aku teringat",

Hari sudah tengah malam, jam di dinding baru saja berdentang dua kali, ketika sayup kudengar suara sms masuk dari HPku
"Kenapa ya, sering ingat."
"Semoga Allah selalu menjagamu, sebagaimana aku ingat kamu".

Semula semua sms yang masuk kuabaikan, "Aah..paling dari orang iseng", pikirku, namun semakin lama mulai terasa semakin mengganggu.  Coba saja bayangkan, di saat orang sedang tertidur lelap, tahu-tahu ada sebuah pesan masuk, yang amat sangat tidak penting dan isinya rayuan pula...
"Huh, bener-bener nyebelin nih orang.  Siapa sih yang tega-teganya ngirim pesan begini, mana pake bawa-bawa nama Allah lagi?", gerutuku dalam hati.

Tiba-tiba pagi itu, kembali teror sms menyergap kesibukanku kala sedang menyiapkan sarapan pagi untuk anak dan suamiku, kali ini dengan bunyi agak berbeda namun mengandung pesan yang sama,
"Sering terbayang".

Langsung kuperlihatkan sms menyebalkan itu kepada suamiku, seraya merengut.
"Tenaaang...palingan ada sms nyasar ke hp-mu. Nanti kalau tuh orang ngajak ketemuan, nah baru laporin ke aku", sekarang nikmati saja", ujarnya seraya mengerling menggoda.

"Huh, nyebelin buanget sih ayah ini!! Bukannya marah karena istrinya digangguin orang, malah ngeledek", protesku kesal.
"Iya..iya... nanti kalo orang itu sms bunda lagi, segera laporkan ke polisi!", ledeknya lagi.
"Gggrrhh...", gerutuku.

Alhamdulillah, hari itu hanya satu sms saja yang masuk dari si misterius.  Namun tiba-tiba saat mataku baru saja terpejam, kembali suara sms membahana di keheningan malam,
"Jangan tinggal sholat malam, walau cuma dua rakaat.", pesan yang tertulis di layar. Lagi-lagi dari nomer misterius yang telah menggangguku dua hari belakangan ini.

"Ayah...ayah...bangun!!!, teriakku seraya mengguncang-guncang tubuh suamiku yang sudah terlelap dari tadi.
"Haaa...ada apa?? Ada maling masuk rumah?", tanya suamiku sambil mengucek-ucek mata
"Bukaaan...ini ada sms dari si misterius nan menyebalkan masuk lagi ke hp-ku", ujarku cepat
"Oooh... ya udah bales aja gini 'terimakasih atas semua pesan-pesannya'", balas suamiku ogah-ogahan.

Yaaah... usul suamiku benar-benar tidak memuaskan hatiku. Oke...besok akan kutanya sekretarisku, apa dia kenal nomer si misterius yang benar-benar menyebalkan itu.

"Yen...tau gak nomer siapa ini?", tanyaku ke Yenny sekretaris pribadiku, keesokan paginya.
"Hhmm...bentar mbak, kucek dulu", balas Yenny.

Tak lama kemudian...
"Ooo.. itu nomer hp-nya pak Reynaldi, mbak", ujarnya
"Pak Reynaldi?? Pak Reynaldi yang mana, Yen?, tanyaku cepat semi penasaran.
"Itu lho mbak, bapak-bapak paruh baya yang tinggi besar dan suka protes kala seminar kemaren", urai Yenny panjang lebar.

Tiba-tiba terbayang di mataku, seorang bapak paruh baya persis seperti gambaran Yenny.
"Huh!! Rupanya orang itu yang sudah menteror aku!!", gerutuku pelan
"Ada apa mbak?", tanya Yenny penasaran

"Ini Yen, sudah dua hari ini ada sms-sms misterius yang masuk ke hp-ku. Semula kuabaikan saja, kupikir ada sms nyasar, eh gak taunya keterusan sampe benar-benar mengganggu privacy-ku", jelasku ke Yenny, yang hanya bisa melongo mendengar ceritaku.

"Mengganggu gimana mbak?", kejar Yenny
"Niiih...lihat sendiri isi sms-nya", ujarku seraya menunjukkan sms-sms yang kuterima.
"Terus mbak sudah bales belum? Mbak jawab apa?", kejar Yenny lagi

"Ya belum kubales, makanya aku tanya kamu, kali-kali aja kamu mengenali pemilik nomer ini. Sekarang baru mau kubales...", kataku seraya memainkan jemariku di layar sentuh hp-ku.
 
"Pak, sms anda telah mengganggu privacy saya, agar segera hentikan sms-nya, sebelum suami saya bertindak dan anda berurusan dengan pihak yang berwajib".  Seusai kuketik, langsung kutekan tombol enter. Semoga kapok tuh orang,batinku agak tenang.

Tak lama kemudian, masuklah balasan dari si misterius yang ternyata pak Reynaldi,
"Mohon maaf! Aku dibohongi! Dikatakan ibu dah sendiri (janda), sekali lagi aku dibohongi!"

"Berarti anda salah alamat!", balasku cepat

"Benar, bagaimana mungkin teman saya, seseorang yang terhormat telah berbohong besar kepada saya!", elaknya, seraya melemparkan kesalahan kepada temannya, yang kurasa ku kenal cukup baik pula.

"Bukan begitu pak, yang namanya Marissa memang ada dua, barangkali yang bapak maksud bu Marissa yang satu lagi, beliau memang seorang janda.  Namun, cara yang bapak gunakan juga salah.  Tidaklah selayaknya bapak mengirimkan pesan-pesan sms kepada seorang wanita dengan cara demikian. Beristigfar-lah", tulisku panjang lebar seraya berharap si pak Reynaldi menyadari kesalahannya.

Karena bagaimanapun beliau adalah seseorang yang selama ini cukup kuhormati, koq ya berani-beraninya merayu-rayu perempuan lain seraya membawa-bawa nama Allah lagi.  Bener-bener gak masuk akal...

Sejak saat itu, aku sudah tidak pernah menerima sms teror dari nomer misterius itu lagi. Yah, semoga saja beliau sadar akan kesalahan yang telah dilakukannya... S e m o g a...


Bojongsari, 17-2-12 (12.12.12)
(ditulis berdasarkan kisah nyata yang dialami oleh salah seorang sahabat saya, semoga dapat diambil hikmahnya, terutama untuk saudara-saudaraku yang suka iseng, tak peduli jenis kelamin maupun usianya) 


1 komentar:

  1. Wah nyebelin banget ya !!! Apapun status perempuan itu baik masih sebagai istri maupun sudah sendiri. Sangat tidak sopan. Jangan2 datang ke seminar dengan niat berbeda, bukan menambah ilmu, tp memang mau iseng. Astagfirullah.......

    BalasHapus

voa-islam.com Headline Animator