Kamis, 11 Oktober 2012

- MUSIK, BOLEHKAH??? -

- MUSIK, BOLEHKAH??? - 



Musik itu sudah menjadi industri besar dunia. Pastinya Indonesia sangat menggiurkan dari sisi pasar. Sangat menguntungkan konser di tanah air, karena bisa mendulang uang. Baik untuk promotor lokal maupun mancanegara, Indonesia surganya jualan musik. Setiap ada konser musik Barat, selalu penuh tuh. Penontonnya tentu saja orang kaya, seperti kalangan selebriti, pejabat-anak pejabat, pengusaha dan anak-anaknya. Kenapa, karena harga tiketnya juga jutaan. Paling murah ratusan ribu.

( fans para grup musik itu rela bayar mahal untuk sekadar menikmati musik. Apa itu parameter masyarakat kita ini sudah makmur hingga tak sayang buang uang demi kenikmatan? )

Ya, bagi yang makmur, ya makmur. Bagi yang kere, ya kere. Ironisnya, yang makmur cuma secuil, menikmati sumber daya yang banyak di negeri ini. Yang kere, banyak karena berebut secuil sumber daya alam. Makanya, itulah kesenjangan sosial yang diciptakan sistem kapitalisme-sekuler saat ini. Sangat tidak adil, sangat timpang antara orang kaya dengan orang miskin.




( Ada yang bilang musik itu bahasa universal, 
bisa menjadi alat pemersatu berbagai segmen masyarakat. Benarkah? )

Musik itu tidak universal, tidak netral, tidak bebas nilai. Musik itu bagian dari gaya hidup, buah dari pandangan hidup atau ideologi. Musik tidak bebas nilai, tapi ada muatan nilai-nilai yang ditanamkan. Sama seperti karya seni lain, misal novel, film atau komik, ada muatan pesan yang dipengaruhi oleh ideologi pembuatnya.

Pesan itu tergantung siapa yang menciptakan lagu itu, apakah dia orang sekuler, orang muslim ideologis, orang komunis. Kalau kita mendengarkan lirik lagu, ada pesan yang ingin disampaikan. Misalnya ada lagu Hamil Duluan atau Mari Bercinta, intinya mengajak seks bebas.

Dulu ada lagu Barat Imagine, yang ternyata liriknya tidak mempercayai Tuhan. Pernah juga ngetop lagu Asereje, yang liriknya pakai bahasa yang nggak dimengerti, ternyata itu untuk pemujaan setan. Beda kan dengan lagu Islam, yang mengajak pada ketakwaan, mengingat Allah, merenung, introspeksi. Jadi memang musik dan lagu itu tidak bebas nilai.





( yang harus dilakukan remaja supaya nggak terpengaruh budaya asing itu? )

Bentengi dengan islam ideologi, bukan sekadar islam KTP. Musik itu membawa ideologi, harus dilawan dengan pemahaman ideologis. Artinya, kalau kita paham islam ideologi, kita tidak akan mudah larut dan meniru apa yang diusung melalui musik.

Nasihat Imam Asy Syathibi: “Hiburan, permainan, dan bersantai adalah mubah atau boleh asal tidak terdapat suatu hal yang terlarang. Namun demikian hal tersebut tercela dan tidak disukai oleh para ulama. Bahkan mereka tidak menyukai seorang lelaki yang dipandang tidak berusaha untuk memperbaiki kehidupannya di dunia dan tempat kembalinya di akhirat kelak, karena ia telah menghabiskan waktunya dengan berbagai macam kegiatan yang tidak mendatangkan suatu hasil duniawi dan ukhrawi."


Wawancara Hj Asri (dicopas dari Yusuf Mansyur Network)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

voa-islam.com Headline Animator