Selasa, 11 Oktober 2011

"IBUMU...IBUMU...IBUMU..."

Tidak seorang pun yang mengingkari, keutamaan seorang Ibu, karena dari rahim merekalah tumbuh seorang anak manusia, dengan melalui suatu proses sejak mengandung sampai melahirkan.  

Adalah Ibu yang menjadi titik tumpuan, yang merasakan lelah, sakit dan tidak nyaman, begitupun dalam melahirkan, sakitnya tidak akan pernah bisa di rasakan oleh kaum pria, dilanjutkan dengan proses nifas dan menyusui.


Dengan tabah, sabar serta penuh kasih sayang, sang anak dibelai, dicium, disayang, dipeluk dan dilindungi dengan penuh ke ikhlasan, agar kelak anaknya tumbuh sehat, cerdas, pintar dan sholeh. Maka patutlah jika seorang ibu yang paling besar haknya terhadap anak.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan tentang keutamaan ibu dibanding ayah:
Seorang lelaki d
atang kepada Rosulullah saw, seraya bertanya kepada beliau, Wahai Rosulullah kepada siapakah aku harus berlaku baik?" Rosulullah saw menjawab “Kepada Ibumu".  Dia bertanya lagi “ Lalu kepada siapa ya Rosulullah? Rosul saw menjawab Ibumu".  Kemudian dia bertanya kembali “Lalu kepada siapa lagi wahai Rosulullah?" Rosul saw menjawab Ibumu”.  Dia bertanya lagi untuk ke empat kalinya “Kemudian siapa? Rasulullah menjawab Bapakmu"

Dalam hadits yang lain diriwayatkan:
Aisyah bertanya kepada Rasulullah saw, "Wahai Rasulullah siapakah diantara manusia yang haknya paling besar terhadap istri? Rasulullah menjawab "Suaminya".  Dia bertanya lagi “Kalau terhadap "Suami"? Rasulullah menjawab "Ibunya"

Rasulullah saw, bersabda
Innallohaa- yuu-shiikum bi UmmaHatikum -tsumma yuu-shiikum bi-ummaHatikum,tsuma-yuu-shiikum bi UmaHatikum,tsumma Yuu-shiikum bi-Aqrobi fa- aqrobu.
Sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik, kepada Ibu-ibumu, kemudian berwasiat untuk berbuat baik kepada ibu-ibumu, kemudian berwasiat untuk berbuat baik kepada ibu-ibumu, kemudian berwasiat untuk berbuat baik kepada kerabat kerabat terdekat"

Dalam hal ini jelas bahwa Rosulullah memerintahkan setiap kita untuk berbuat baik kepada orangtua. Sedangkan kepada suami, hendaklah untuk berbakti kepada Ibunya. Hal ini dikuat kan dengan dalil sbb:
"Kami perintahkan k
epada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang yaitu ibu bapaknyaIbunya mengandung dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah pula. Mengandungnya sampai menyapihnya, adalah tiga puluh bulan " (QS Al-Ahqaf: 15)

Sebenarnya tidak ada alasan y
ang dapat mengajak seorang anak untuk durhaka kepada kedua orang tuanya, atau berbuat tidak baik kepada keduanya, walaupun ibu bapaknya seorang yang musyrik sekalipun,  sebagaimana dalil berikut:

"Dan sekiranya keduanya memaksamu untuk menyekutuka
n dengan AKU, sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik" (QS Lukman;15)

Jadi jelaslah
, baik itu wanita atau laki-laki, semestinya memahami dalam berbuat baik kepada orang tua, walaupun mereka kelak menikah dan sudah menjadi istri ataupun suami.

Janganlah karena alasan sayang sama Istrinya, dia menyakiti hati Ibunya, karena pada kenyataannya ada diantara para suami lebih suka membela Istri dari pada Ibunya.

Apabila terjadi permasahan/selisih pendapat antara istri dan mertua (ibu dari suami), hendaklah para suami menyelesaikam dengan cara yang ma'ruf, merujuk pada hadits dan alqur'an.

Didiklah Istri untuk menjadi mu'minah yg ta'at kepada ALLOH, agar memperlakukan mertuanya dengan baik dan tidak berkata kasar, serta hendaklah dia mengasihi mertuanya sebagaimana ia mengasihi kedua orangtuanya sendiri, terutama disaat sang mertua dalam keadaan lemah.

Hendaknya suami-istri memahami bahwa berbakti kepada orangtua, khususnya berbakti kepada Ibu dapat menghilangkan kesulitan dan menyelamatkan manusia dari kegundahanSebaliknya durhaka kepada orang tua, apalagi Ibu, akan mendapatkan balasan baik di dunia maupun di akhirat.

Maka barang siapa yang mendurhakai orang tuanya, sesungguhnya secara langsung ia sedang mendidik anak-anaknya untuk mendurhakai dirinya kelak, yang berakibat si anak akan melakukan perbuatan yang sama kepada kedua orangtuanya ketika dewasa nantinya, sedangkan ketika itu  orang tuanya sudah dalam kondisi tidak berdaya.

(Wallohu’alam bishowwab/ hErAwAtI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

voa-islam.com Headline Animator